Prof. Dr. H. Mohamad Surya Penipu Bayaran

Prof. Dr. H. Mohamad Surya Penipu Bayaran . Prof. Dr. H. Mohamad Surya itu pernah menipu semua guru di Jawa Barat. Pasalnya begini : Pada tahun 80-an saat itu saya masih duduk di kelas I SMP. Saya sudah gemar membaca Majalah Suara Daerah (Suara Guru) terbitan PGRI Provinsi Jawa Barat. Saat itu kalau tidak salah H. Mohamad Surya sebagai penanggung jawab redaksi dan sekaligus Ketua Umum PB PGRI.
Beliau tak pernah absen mengisi kolom atikel halaman pertama. Tak pernah terlewatkan juga untuk saya baca. Karena isinya bermutu dan bahasanya enak dibaca, walaupun banyak istilah ilmiah yang tidak saya pahami saat itu.
Majalah terbitan PGRI ini terkenal dengan kolom �GOLEMPANG-nya�, itu juga menjadi bacaan favorit saya. Dari mana saya mendapatkan majalah tersebut? Dari Kakak misan saya yang menjadi guru SD namanya Kalman, kadang-kadang dari Paman saya Syair Faudi yang juga guru SD. Mereka sendiri sebagai guru dan pelanggan majalah tersebut nyaris tak pernah baca. Biasa (mohon maaf) kondisi minat baca di kalangan para guru rupanya sampai saat ini masih permanent lemah. Ada banyak, tapi masih sangat terbatas.
Selain program Golempang, majalah PGRI itu juga menyisipkan kolom Carpon (Carita Pondok = Cerpen) berbahasa Sunda. Maklumlah, karena Majalah Suara Daerah tersebut sesuai namanya �Suara Daerah� diperuntukkan bagi anggota PGRI di daerah Jawa Barat (Tatar Sunda).
Di kolom itulah saya menemukan sebuah judul Carpon yang saya kira tepat untuk ABG seusia saya. Judulnya, �DIBAJU BEUREUM� artinya berbaju warna merah. Sebuah judul Carpon yang membuat imajinasi saya melesat membayangkan sesosok mojang priyangan yang cantik, kulit putih mulus dengan body yang aduhai. Ternyata benar adanya, beliau menggambarkan perempuan pujaannya itu sedemikian rupa hingga saya pun (mungkin semua pembaca) semakin melambung ke awang-awang menyaksikan pasangan muda-mudi berstatus mahasiswa sedang memadu cinta, romantis sangat. Beliau sering tertidur bareng dalam satu kamar, karena setiap mereka bercengkrama hingga larut malam kadang-kadang hingga jam 2 pagi. Tak jarang si pujaan tertidur di atas dadanya. Astagfirullah. Ternyata beliau ketika jadi mahasiswa pernah mengumbar napsu.
Sebagai seorang yang saat itu mengagumi H. Mohamad Surya, saya tak ingin menghentikan membaca Carpon itu. Karena Carpon tersebut benar-benar menggambarkan pengalaman sosok pribadi penulisnya, bisa dipahami dari pemakaian sudut pandangnya menggunakan �kuring� (Aku).
Sebelum selesai membaca terlintas di benak saya : betulkah seorang Moh. Surya ketika menjadi mahasiswa seperti itu. Hanya tidak melakukan perbuatan di luar batas saja. Bagi saya Mohamad Surya adalah pejuang nasib guru Indonesia. Sebelum memperjuangkan Undang-Undang Guru, beliau pernah memperjuangkan agar ada system penggajian khusus bagi guru. Itu semua saya ketahu dari informasi yang saya baca di majalah terbitan-terbitan tahun 80-an. Pokoknya H. Mohamad Surya bagi saya is the bestlah !
Namun di balik itu semua ternyata seorang professor pun adalah manusia biasa. Beliau mempunyai pengalaman romantis persis gaya ABG masa kini. Dan, berani pengalaman itu dipublish di media. Dapat bayaran pula !
Saya kecewa dengan Carpon yang saya baca itu. Dari awal sampai akhir saya ikuti dengan penuh konsentrasi. Bahasanya runtut dikemas dengan apik berbahasa khas Bandung. Namun ternyata di ujung cerita pada paragraph terakhir dikatakan, bahwa yang diceritakan persis layaknya seorang gadis cantik itu adalah BUKU PSIKOLOGI yang berjilid warna merah. Buku kuliah Psikologi yang selalu beliau baca, ke mana pun beliau pergi selalu ikut (dibawa) itu adalah buku kesayangannya. Dan, sering terjatuh ke atas dadanya hingga terbawa tidur manakala membacanya sambil berbaring. Saya telah tertipu !!
Saya berharap suatu saat Bapak Prof. Dr. H. Mohamad Surya dalam googling menemukan tulisan saya ini. 1000 % saya yakin beliau lihat judulnya langsung membaca. Saya ingin mengucapkan : �Selamat musam mesem dan Impas Pak !�
Bagi teman-teman yang lain yang merasa tertipu dengan tulisan ini, mumpung masih suasana lebaran 1434 H, saya ucapkan Minal Aidin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan bathin.
Wassalam.

0 komentar:

Posting Komentar