Bukan Pejabat Dilarang Membaca Ini

Bukan Pejabat Dilarang Membaca Ini . Merdeka.com - Atta Verin, seorang warga Bandung, menceritakan kisah seorang pemulung jujur yang ditemuinya di Jl Cicalengka Raya, Antapani. Pemulung itu menggedor-gedor pintu gerbang sebuah rumah berjam-jam. Ada sebuah tas plastic di tangannya.

Sumber Gbr. : merdeka.com
"Keresek ini berisi dua potong baju bagus baru beli masih ada bandrolnya dan kereseknya masih di-hekter. Saya pemulung, tuh gerobak saya. Keresek ini ada di tempat sampah rumah ini, tapi saya tidak bisa mengambilnya. Yang punya rumah ini pasti sudah salah membuang keresek ini. Mungkin dikira sampah, padahal ini baju baru!" kata Verin menirukan ucapan pemulung itu.
Verin terharu. Lalu membantunya menggedor-gedor pagar rumah itu. Tapi setelah 5 menit tak ada yang membukakan pintu. Tidak ada orang di rumah itu.
"Lemparkan saja kereseknya di dalam halamannya, usul saya. Tapi dia bilang jangan, nanti ada yang ngambil! Kasihan yang punya-nya, ini baju baru banget, Neng!" kata Verin, Pembina Pramuka yang baru mendapatkan Messengers of Peace Heroes Award di Arab Saudi ini saat berbincang dengan merdeka.com, Jumat (25/10).
Verin berkenalan dengan pemulung tersebut. Dia mengaku bernama Nengsih. Tetapi lebih dikenal sebagai Ecih Keresek. Kejujuran Nengsih suatu hal yang langka. Kemiskinan tidak membuat Nengsih menjadi pencuri.
Ironisnya, di Indonesia justru para pejabat yang terus mencuri uang rakyat. Dari tingkat kepala desa hingga pejabat setaraf menteri.
Kemarin Kejaksaan Negeri Jakarta Timur menahan Lurah Pulogadung Tema Yuliman. Dia diduga korupsi dana kelurahan hingga Rp 620 juta, termasuk pengadaan tong sampah, posyandu, bahkan tanaman hias. Sebelumnya Lurah Ceger Fanda Fadly Lubis lebih dulu ditangkap Kejari dengan modus yang sama. Dana gerakan sayang ibu saja ditilep.
Di tingkat yang lebih tinggi daftar korupsi makin beragam. Kasus Hambalang, Simulator SIM, mafia pajak, sampai impor daging sapi juga tak lepas dari permainan kotor. Di Indonesia, rasanya apa saja dikorupsi. Bibit ikan lele, baju koko, kain sarung, hingga Alquran, tega dikorupsi juga.
Sosiolog UIN Syarif Hidayatullah Musni Umar pernah mengungkapkan kekecewaannya saat semua hal di Indonesia tak lepas dari korupsi.
"Ini luar biasa memprihatinkan. Korupsi sudah masuk ke semua lini," ujar Sosiolog UIN Syarif Hidayatullah, Musni Umar kepada merdeka.com beberapa waktu lalu.
Musni tidak habis pikir bagaimana bisa untuk hal keagamaan saja, pejabat melakukan korupsi. Menurutnya hal-hal semacam ini membuat masyarakat Indonesia kehilangan harapan. Hukum dan ekonomi di Indonesia memang tidak pernah memihak orang kecil.

Maka kisah seperti Ecih Keresek atau Mak Yati, si pemulung yang berkurban, menjadi teladan yang langka. Di tengah para penipu yang mencuri uang rakyat, justru rakyat kecil yang memberikan teladan.
Tak malukah para pejabat?
Mungkin tidak, karena mereka sibuk nikah siri dengan penyanyi dangdut. Atau tertangkap KPK saat sedang berduaan dengan wanita cantik di hotel setelah menerima uang suap. Tak jauh dari sana, kaum miskin meratap kelaparan.
Maka terpujilah Mohammad Hatta, Wapres yang hidup sederhana. Jenderal Hoegeng yang melemparkan barang suap ke luar rumah. Atau Mohammad Natsir, sang perdana menteri dengan jas bertambal. Membaca kisah mereka bak mendengar kisah di negeri dongeng. Teladan kejujuran yang langka.
Pada siapa rakyat kecil kini bisa berharap?

0 komentar:

Posting Komentar