Tangkal KPK Menggunakan Para Normal

Tangkal KPK Menggunakan Para Normal . Di mana saja, di pangkalan ojek, di kantor, di warung, di pengajian, bahkan di masjid dalam setiap obrolan ujung-ujungnya larinya ke tentang kasus Chaeri Wardhana dan Gubernur Atut yang sedang dirundung galau. Rasanya setiap hari masyarakat Banten ada saja yang membicarakan pemimpinnya itu sejak ditangkapnya Wawan (panggilan akrab Chaeri Wardhana adik Atut). Maklumlah, kasus tertangkapnya Wawan karena menyuap Ketua MK Akil Mochtar sebesar 1 miliar terkait sengketa Pilkada Lebak, cukup menghebohkan Indonesia dan dunia perpolitikan. Disinyalir, Banten satu-satunya provinsi yang melakukan praktik korupsinya fantastis.
Siapa yang menyangka keluarga besar Atut tidak galau? Itu salah, sebab Wawan tertangkap tangan KPK dan kemudian kasusnya dikembangkan ke penyelidikan kasus-kasus korupsi Dinasti dan kroninya-kroninya. Abraham Samad Ketua KPK telah mengeluarkan pernyataan bahwa beliau akan membongkar semua yang terkait dengan informasi korupsi di Banten.
Dan tentunya orang yang merasa salah pasti takut, dan kalang kabut mencari berbagai cara untuk bisa lolos dari kemelut yang akan menggikis kekuasaan dan harga diri. Yang menunjukkan bahwa Atut takut dan merasa salah (benar telah mengeruk uang rakyat) antara lain adalah cerita di bawah ini:
Seorang ulama yang cukup dipandang di daerah Kasemen mengatakan bahwa sejak tertangkapnya Wawan, keluarga Atut mencari dan menggunakan jasa para normal kelas jegud (mustajab) untuk menangkal pemeriksaan KPK.
Seorang pemborong (pengusaha kontraktor) dalam kesempatan di banyak orang mengatakan bahwa dia sering melihat para normal mengelilingi di setiap kantor SKPD di Serang pada malam hari.
Seorang PNS di Serang Kota mengatakan, bahwa Atut pasti menggunakan ahli hikmah (para normal juga) untuk menangkal pemeriksaan KPK. Tanpa menyebut namanya, orang tersebut menyatakan bahwa Si A juga sedang dipake untuk itu. Si A pernah dipake untuk menyirep (membungkam) pemeriksa dari BPK di suatu kantor SKPD dan berhasil. BPK datang memeriksa namun tanpa ba-bi-bu, kemudian pamit pulang.
Cerita di atas tentunya saya dengar langsung dari pencerita, tapi satu pun saya tidak kenal dan tidak tahu namanya. Maklum, saya hanya nebeng �nguping�.
Saya memang sangat percaya 100 % kalau Atut sekeluarga menggunakan orang pintar dalam menangkal pemeriksaan KPK dan pihak terkait. Yang jadi pertanyaan saya adalah : mempankah para normal-para normal itu melawan KPK dengan cara halus mereka. Saya akui saya percaya dengan kekuatan semacam itu. Tapi saya tidak yakin kalau mereka dapat menangkal semua kasus yang diperiksa KPK.
Seandainya saya seorang para normalnya, saya tidak akan mau melakukannya tanpa bayaran yang bernilai miliaran rupiah.
Waallahu a�lam. Allah Maha Adil. Keadilan di tanganNYa.

0 komentar:

Posting Komentar